Jadi, hikmah apa yang bisa diambil lewat perjalanan ke Yogya via jalur selatan? Jalannya jelek bow, tobat banget deh. Ini kali pertama saya dan suami road trip berdua lewat Selatan, kalo via Pantura sik udah sering jaman dulu (bukan road trip, tapi jaman masih kuliah di Semarang dulu). Untung kita berdua nggak ngoyo sik dan nggak nentuin target jam berapa sampai di Yogya, tapi tetep aja ya rada shock mengarungi Sukabumi - Yogyakarta selama 16 jam kurang lebih.
Dari Sukabumi kita berangkat jam setengah tujuh pagi, sarapan bubur di Cianjur (bubur ayam di Sukabumi dan Cianjur ini perasaan saya belum ada yang ngalahin deh, apa karena berasnya juga bagus ya?), dan singkat cerita sekitar jam satu pagi udah sampai daerah Tasikmalaya. Sampai sini belum ada rintangan yang berarti, alhamdulillah, emang jalan Sukabumi - Cianjur ancurnya luar biasa (mana inih gubernur baru? Jalan provinsi lho), cuma masih bisa ke-handle lah. Karena suami (dan si istri juga sik sebenernya) udah keburu laper, akhirnya isenglah kita brenti di Rumah Makan Gentong, nggak jauh dari Kota Tasikmalaya-nya, padahal istri ngidam banget makan pasta (ish, jauh-jauh masak nyari Pizza Hut, si Dela iniiih). Untunglah nggak kecewa, karena ternyata RM Gentong ini suasananya oke, menu-nya banyak, enak, dan yang paling penting ada free wifi! Hahaha..
Suami pesan nasi liwet empal sedangkan saya pesan nasi tutug oncom dengan ayam kampung. Per menunya harganya approx. idr 30k, tapi sesuailah dengan porsinya yang banyak.
Perjalanan pun dilanjutkan, jalan Tasik-Banjar ini lumayan menegangkan, karena jalannya curam dan berkelok, dan banyak sekali truk-truk bermuatan besar. Karena kecepatan yang diambil juga relatif pelan, sekitar jam tiga sore saya dan suami baru melewati Kota Banjar. Sempat mampir untuk minum kelapa muda di deretan warung yang dibuat di pinggir hutan kota. Bagus sekali.
Istri ambil pose, sedangkan suami sibuk cari rute via Maps di BB |
Lewat Banjar dan masuk Cilacap, jalanan rusaknya udah nggak terperi. Rusak, sak, sak parah. Akhirnya mobil dan truk yang lewat juga terpaksa harus merayap. Jadi inget cerita salah seorang temen yang kuliah master road engineering di Birmingham, kalo jalanan di Indonesia sering dijadikan contoh jalan rusak di materi kuliahnya. Duh malu ya, sayang banget padahal pemandangan sepanjang jalan ini bagus banget.
Saya lupa sampai mana jalan rusak ini berakhir, karena nggak pernah lewat Selatan, nama daerahnya pun terasa asing di telinga, sampai berkali-kali harus ngintip Maps karena takut nyasar :p Jalan lewat Selatan pun lebih gelap dan kondisinya masih banyak yang memotong hutan-hutan, jadi kalo udah lewat Magrib lumayan serem juga sik. Malamnya saya makan di Restoran Pringsewu (btw, restoran ini baru memenangkan MURI dengan jumlah iklan terjauh yaitu 70 km dari restoran. Yup, jadi sepanjang dua kilometer sekali kita bisa liat iklan Pringsewu ini beserta menu-menunya dari 70 km sebelum restoran. Restoran yang kami singgahi saja iklannya sudah dimulai dari Provinsi Jawa Barat. Niat abis yak?)
Yang unik dari Pringsewu ini, setiap ada yang ulang tahun, waiter/waitressnya akan datang ke mejanya, nyanyi lagu "Happy Birthday to you" sambil main angklung! Lucu banget. Selain itu, restoran ini menyediakan bibit tanaman dan kartu sulap untuk dibawa pulang GRATIS. Padahal sering banget liat Pringsewu, apalagi kalo di Pantura ya, tapi baru kali ini merhatiin segala macem detilnya.
Sampai di Yogya, jam 11 malem! Udah bolak-balik telepon dan sms si pemilik homestay yang udah kita book, soalnya di term and conditionnya terakhir check in itu jam 11 pm. Untung bapaknya baik banget, dan mau nungguin, walaupun kita sampai Prawirotaman jam 11 lewat, staffnya udah nunggu dengan manis di parkiran.
Untuk hotel, review terpisah ya, puas banget sama hotelnya, pantes aja dapet rate 9.1 di booking.com. That's a wrap for day 1, kenapa kalo diceritain disini rasanya simple ya, padahal capek setengah mati (tapi seneng!) =p
No comments:
Post a Comment