Pages

December 27, 2012

[MOVIE REVIEW] The Hobbit: An Unexpected Journey


The last one! For this weekend. :)

Been waiting for this one since last year. How can't I? Setelah tergila-gila dengan trilogi Lord of the Ring (both books and movies), saya menunggu hasil karya berikutnya dari Peter Jackson. Sengaja untuk tidak mengulang buku The Hobbitnya, karena banyak baca review penonton yang nggak puas sama filmnya karena terlalu memanjang-manjangkan bukunya. Sengaja juga film ini ada di urutan paling akhir acara tonton-menonton minggu ini karena katanya bikin ngantuk. Saya sudah sengaja beli cemilan banyak buat ngusir kengantukan yang katanya akan datang melanda.

Eh, turns out rame banget! Ngga ada tuh saya ngantuk sepanjang film. 3D-nya juga bikin filmnya semakin exciting. Seru seru seru.

Ceritanya dimulai dari 60 tahun sebelum pesta ulang tahun Bilbo Baggins dimana Bilbo menghilang yang ada di film "Fellowships of the Ring" itu lho. Pada suatu hari, Bilbo kedatangan 12 tamu kurcaci dan seorang ahli sihir bernama Gandalf. Ternyata rombongan kurcaci ini sedang mencari seorang pencuri untuk membantu mereka merebut kembali kejayaan negeri mereka, Erebor, yang dahulu kala direbut oleh seorang naga rakus bernama Smaug.

Tentu saja Bilbo menolak! Dia bukan pencuri. Akan tetapi Gandalf terus memaksa dengan menceritakan cerita tentang nenek moyang Bilbo yang suka berpetualang. Bilbo masih ragu apalagi ketika membaca kontrak yang dibuat oleh raja kurcaci, Thorin, dimana resiko perjalanan tidak ditanggung. Itu berarti Bilbo belum tentu selamat dari perjalanan. 

Kalau di novelnya sih, penolakan Bilbo nggak selebay di film. Cuma mungkin ini salah satu usaha dari Peter Jackson yang menginginkan satu buku menjadi trilogi. Ada beberapa hal yang tidak ada di buku tapi diceritakan panjang lebar di film. Seperti cerita tentang Penyihir Coklat, Radagast, yang awalnya tidak ada di buku, akan tetapi diceritakan cukup lama di film. Terus hingga tengah buku saya belum menemukan tentang Necromancer, sementara di film sudah diceritakan di beberapa scene. Azog the Defiler juga banyak muncul, terutama adegan pengejaran oleh Warg dan orc-orc lainnya, dimana Radagast mengalihkan perhatian mereka dengan menaiki kelinci-kelincinya yang terkenal cepatnya, sedangkan kalau di buku Azog hanya disebutkan sekilas, dan kelompok kurcaci, Bilbo dan Gandalf tiba di Rivendell tanpa kurang satu apapun.

Salah satu scene yang memorable adalah pertemuan antara Bilbo dan Gollum. Saya deg-degan sekali ketika mereka berdua bermain teka-teki, karena siapa yang tahu apa yang ada di benak Gollum yang licik itu? Walaupun akhirnya Bilbo berhasil melarikan diri karena cincin yang ditemukan di gua Gollum (yang akan memegang peranan penting nantinya di trilogi LOTR), saya penasaran sekali apakah di dua film The Hobbit kedepan akan ada scene dengan Gollum kembali?

Secara cinematography, Peter Jackson berhasil membawakan kembali Middle-earth dan Rivendell. Love every details he brought. Air terjun di Rivendell, ruangan di setiap lubang Hobbit bahkan lebih detail dibandingkan di Lord of The Ring. Gua-gua penuh emas di Erebor. Make up untuk pemeran yang ada di film itu juga masih nomor satu, Elrond digambarkan lebih muda dibanding di LOTR (hello, Hugo Weaving!). Saruman juga masih menjadi Penyihir Putih, dan masih berada di good side.

For me, The Hobbit. 4 of 5. I love watching it in big screen, and 3D definitely won't hurt. Buat yang belum nonton LOTR juga nggak papa nonton film ini, karena film ini merupakan prekuel, tetapi kalo sudah nonton, pasti bakal lebih seru karena ketemu karakter yang udah dikangenin selama beberapa tahun ini. :)

December 26, 2012

[MOVIE REVIEW] 5 cm.


Hello there! Kembali lagi ke review film ketiga saya di weekend ini (yap, setelah ini masih ada satu lagi, jadi menggenapi empat, hehe)
Saya bukan brand new fansnya dari 5 cm. Pertama kali saya baca buku ini kalau nggak salah sekitar tahun 2005, ketika buku ini masih bersampul hitam. Waktu itu masih belum banyak yang tahu soal buku ini, dan saya termasuk yang mengenalkan buku ini ke teman-teman saya di kampus, termasuk anggota-anggota Mapala itu. Saya cinta banget sama buku ini, suka sama quote-quote lucu nan memotivasi meskipun sedikit aneh dan preachy, karakternya yang unik nan ngangenin (buktinya setelah saya selesai baca, saya bengong, ngerasa nggak rela kalau bukunya udahan), dan petualangannya yang amazing buat saya yang waktu itu nggak suka sama sekali jalan-jalan. Sejak saat itu saya selalu membayangkan betapa hebatnya kalau misalnya buku ini bisa sukses dibuat film.

Eh, siapa sangka tujuh tahun kemudian mimpi saya jadi kenyataan?

Ceritanya mengisahkan tentang lima orang sahabat, Zafran, Arial, Genta, Ian dan Riana. Mereka sudah bersahabat dari sepuluh tahun yang lalu, dan selalu menghabiskan weekend bersama-sama. Tidak pernah terlewat. Seiring kisah berjalan, ternyata Zafran menaruh hati kepada Arinda, adiknya Arial (kalau di buku sih diceritakan Arinda itu saudara kembarnya Arial, cuma kurang jelas juga apakah di film Arinda merupakan adik kembar Arial, atau hanya adik saja, karena kalau kembar kok antara Pevita Pearce dan Denny Sumargo-nya kurang ada kemiripan ya?), dan ternyata diantara mereka berlima ada yang taksir-taksiran. Setelah ketemuan tiap minggu, beberapa diantara mereka merasakan kebosanan dengan pertemanan mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk break sejenak dari persahabatan mereka selama tiga bulan, dengan catatan no meeting, no text, no call, no communication at all.

Dan setelah tiga bulan itu berlalu, mereka berkumpul kembali dengan kejutan dari Genta. Acara pendakian ke Mahameru! Wah waktu itu saya merasa terkagum-kagum, secara mereka semua pendaki pemula dengan target yang keren banget, mendaki puncak tertinggi di Pulau Jawa! Well, nggak ada yang nggak mungkin dengan prinsip 5 cm itu bukan?

Secara keseluruhan filmnya termasuk menghibur, dan adaptasi yang bagus dari bukunya. Penggambaran tokohnya sesuai (kecuali kembaran Arinda-Arial), Secret Gardennya keren naudzubillah, apalagi Mahamerunya. Emang bener kata orang-orang, kalo film ini too preachy, sering banget adegan bagus dinodai (ceile, noda) sama kata-kata mutiara yang keluar di saat yang nggak tepat dan terdengar lebay. Quote yang dibaca caem banget di buku, waktu diucapkan bersama-sama, kok kedengerannya kayak Power Ranger ya? hahaha.. Saya paling suka quote yang ini lho kalo di buku.
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa..

Nah di film ini disebutkan satu-satu sama karakter yang ada, kok jadinya aneh ya? Terus pas mereka akhirnya berhasil mencapai puncak, dan saya lagi merinding-rindingnya, tahu-tahu mereka dengan kocaknya bilang "Saya (sebutkan nama) mencintai kalian semua! Dan mencintai Indonesia!". Terdengar lebay sih, tapi mungkin saya aja ini mah, hehe..

Yang aneh satu lagi, ada salah satu karakter yang membatalkan kuliah di Manchester karena cinta Indonesia. Err, sounds absurd, isn't it?

Apapun itu, film ini salah satu film Indonesia yang layak ditonton. Saya suka, suka soundtracknya yang diisi oleh Nidji, lagunya enak-enak dan suaranya Giring Nidji yang oke banget, ada falsetto yang keren di scene-scene tertentu yang pas.

5 cm. 3 of 5.

Menjadi Ibu

Hari Ibu 22 Desember 2012. Selamat Hari Ibu untuk wanita-wanita hebat di Indonesia!

Saya berada jauh dari ibu saya. Karena kebetulan ibu saya sedang ke Surabaya menghadiri pernikahan salah satu anak temannya.

Tapi saya beruntung karena saya menyaksikan teman terdekat saya bertransformasi menjadi seorang ibu. 

Nggak bisa dipungkiri, sosok ibu menurut saya merupakan profesi yang hebat. Nggak ada satu pun keraguan di dalam hati saya, bahwa nggak mudah menjadi ibu. Mau itu ibu bekerja, ibu rumah tangga, ibu freelancer, nggak ada yang namanya part time mother. Menjadi ibu adalah pekerjaan full time. 24 jam sehari. Tujuh hari seminggu.

Walaupun saya belum menjadi ibu, saya selalu terpesona membaca artikel di The Urban Mama maupun Mommies Daily. Bagaimana ibu-ibu tersebut berusaha keras untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya. Belajar tiada henti agar informasi yang ada bisa ter-update, sehingga tidak termakan "Katanya" yang sudah bercokol di tradisi keluarga.

Kemaren saya membaca timeline milik salah seorang teman di twitter. Saya lupa isinya, akan tetapi kurang lebih menyatakan bahwa menjadi ibu merupakan pencapaian terbesar bagi seorang wanita. Saya merasa tergelitik membaca ini. Bukan berarti menyalahkan, karena pendapat itu tidak sepenuhnya salah, tapi menurut saya, ini juga tidak sepenuhnya benar.

Disclaimer. Ini merupakan pendapat pribadi saya. Tidak ada yang benar ataupun salah, baik dari pendapat teman saya maupun pendapat saya.

Kalau menurut saya, menikah dan memiliki anak itu merupakan pilihan bagi setiap wanita. Bagi beberapa wanita, mungkin itu merupakan pencapaian terbesar dalam hidupnya. Bagi beberapa wanita lainnya, mungkin bukan. Kalau menjadi ibu merupakan pencapaian terbesar bagi wanita, bagaimana dengan wanita yang tidak bisa memiliki anak? Atau memilih tidak memiliki anak? Apa berarti hidupnya merupakan suatu kesia-siaan karena tidak dapat mencapai tujuan terbesarnya dalam hidup?

IMO, pencapaian terbesar bagi seorang wanita (bahkan untuk seorang manusia) adalah kebahagiaan. Kita nggak tau pasti apa bentuk kebahagiaan itu, karena akan berbeda bagi setiap orangnya. Bagi sebagian orang, mungkin itu bayinya. Mungkin keluarga. Suami. Karir. Louis Vuitton Neverfull. I'll never judge, because it'll be totally different for every one.

Jadi, rasanya sedih sekali kalau pencapaian terbesar dalam hidup kita masih terkotak-kotakan, terutama oleh masalah gender. Saya bukan seorang feminis, dan pada suatu saat ketika saya insya Allah diberikan anugerah berupa seorang anak, mungkin juga saya akan berkata bahwa menjadi ibu adalah pencapaian terbesar bagi saya. Saya tidak tahu. Tapi yang saya tahu, saya akan fokus ke kebahagiaan saya sendiri. Saya tidak akan menilai dan meng-underestimate-kan kebahagiaan orang lain.

Sekian dari saya. Apapun pendapat saya, ibu adalah makhluk yang memang luar biasa. I never doubt that. :)

[MOVIE REVIEW] Habibie & Ainun


Saya lupa pertama kali saya nonton trailer film ini dimana, yang saya ingat waktu itu saya sudah berkaca-kaca hanya dengan menonton trailernya saja. Kesampaian juga nonton film ini, setelah puas nonton Life of Pi, masih di Botani Square XXI lokasinya.

Saya belum pernah baca bukunya, entah kenapa, padahal berulang kali saya niatkan untuk membeli dan membaca buku ini. Akhirnya hari demi hari berlalu, dan saya pun lupa. Kemarin baru ngeh kalau belum pernah baca bukunya, tapi apapun yang terjadi maju terus pantang mundurlah. Apalagi ada Reza Rahadian, yang kalau diliat dari trailernya, cukup berhasil menghidupkan sosok Pak Habibie baik dari gaya bicara maupun tingkah lakunya (walaupun Reza sepertinya terlalu tinggi untuk memerankan Pak Habibie ya? :p). Kalau dari sosok alm. Ibu Ainun sendiri, saya tidak berani berkomentar banyak, karena saya tidak banyak melihat footage dari almarhum, jadi saya tidak bisa memberikan penilaian apakah BCL sudah pas dalam memerankan ybs. Yang saya tahu, chemistry antar mereka berdua cukup tajam, walaupun masih belum se-oke chemistry Reza-Acha di Test Pack (tetep ya, walaupun menurut saya film yang ini lebih gloomy dibandingkan Test Pack yang lebih cheerful, sehingga mungkin lho bisa meng-eksplor chemistry antara pemeran utamanya).

Setelah baca artikel ini, lebih tertariklah saya untuk menonton, dan alhamdulilah saya suka sekali dengan filmnya. Filmnya bercerita tentang kisah hidup Pak Habibie dan Ibu Ainun, dari pertama mereka berada di satu sekolah menengah, berpisah, kemudian bertemu lagi setelah Habibie lulus kuliah di Jerman, dan Ainun telah menjadi dokter. Singkat cerita mereka menikah, kemudian menghadapi hidup penuh cobaan di Jerman. Film ini juga menceritakan ketika Habibie menjabat menjadi Menristek, penerbangan pertama N-250 (saya lupa, tapi suami masih ingat setiap detiknya ketika dia menonton penerbangan ini ditayangkan di TV. Saya merinding gila liat cuplikannya di film ini. Wahai Indonesiaku yang perkasa, kenapa sekarang jadi seperti ini? Duh Gusti..), dan pemerintahan singkat Pak Habibie setelah Pak Harto dipaksa lengser.

Saya suka sekali dengan keterkaitan antara pekerjaan Pak Habibie dengan kehidupan pribadinya. Berulang kali saya membaca di timeline, kalo harus siap-siap tissue kalo nonton film ini, akan tetapi saya tidak menangis hingga scene yang terakhir. Very last scene. Oh my God, perlu spoilerkah? Semua orang tahu akhir cerita ini, tetapi nggak ada yang lebih mengharukan dibandingkan melihat Pak Habibie asli (bukan Reza) didorong menggunakan kursi roda pada saat melayat makam istrinya, dan mencium nisan istrinya. 
T__T

Bagi suami saya, scene yang paling mengharukan adalah ketika Pak Habibie dan Ibu Ainun sedang berada di hanggar, memandangi pesawat yang dulu dibuat oleh Pak Habibie, dan beliau menyadari begitu banyak waktu bersama keluarga yang beliau korbankan untuk mewujudkan mimpinya, membuat pesawat untuk menghubungkan 17.000 pulau di Indonesia.

Over all saya suka sekali, mengharukan (dan menurut saya film yang membuat penontonnya berhasil meneteskan air mata terus-terusan sama bagusnya dengan film yang memiliki twisted plot di bagian endingnya). Cuma ada beberapa product placement yang menganggu dan bikin mulut nggak tahan berkomentar, "Serius lo, ini udah ada di tahun segitu?"

Habibie & Ainun. 3.5 of 5. Watching in DVD is okay.

[MOVIE REVIEW] Life of Pi


Setelah sebulan lewat dari tanggal perdana penayangannya, dan hampir semua bioskop sudah menurunkan film ini dari studionya, secara susah payah saya mencari bioskop mana yang masih menayangkan film ini. Akhirnya hari Minggu kemarin bersama suami, saya pergi ke Botani Square, sekaligus berniat untuk menonton film "Habibie & Ainun" (reviewnya di posting berikutnya ya.)

Ngomong-ngomong tentang film ini, jadi inget bukunya yang masih tergeletak manis di lemari, minta dibaca. Bukan berarti saya belum pernah baca, tapi pertama dan terakhir kali saya baca bukunya secara skimming sekali (karena malas dan berpikir ceritanya berat sekali sih). Inti ceritanya si, tentang seorang anak pemilik kebun binatang bernama Pi, yang ketika sedang menaiki kapal ke Kanada, terjebak badai dan kapal yang dinaikinya karam. Pi selamat karena sebelumnya sempat dilemparkan oleh seorang anak buah kapal ke sebuah sekoci. Di sekoci ini, Pi terombang-ambing bersama seekor zebra, seekor orang utan, seekor hyena, dan seekor Macan Bengali bernama Richard Parker.
Lalu Pi mulai beranjak remaja, dan jatuh cinta pada seorang gadis. Sayang hal ini terputus karena keluarga Pi memutuskan untuk pindah ke Kanada dan memulai hidup baru disana. Pi remaja ini yang mengalami pengalaman menakjubkan di sekoci.
Pi dewasa membuka film dengan luwes dan penuh misteri, dimana dia bertemu dengan seorang penulis yang berniat untuk menulis cerita tentang Pi. Saya suka dengan pemeran Pi dewasa, dan ternyata dia juga pernah main di film The Amazing Spiderman.

Saya lupa cerita di bukunya, sudah lama sekali sejak saya membaca buku itu, tapi kalau di film, kisah hidup Pi dibagi menjadi tiga bagian. Pi kecil, dimana waktu itu dia menjadi bulan-bulanan teman sekolahnya karena namanya yang aneh, yaitu Piscine. Selain itu juga masa kecil Pi dipenuhi dengan pendalamannya kepada tiga agama, Hindu, Katolik dan Muslim. Saya suka sekali dengan anggota keluarga Pi yang memiliki beraneka ragam perspektif, Ibu Pi yang sangat religius, dan ayahnya yang sekuler, karena pada masa kecilnya dia menderita polio dan diselamatkan oleh obat-obatan barat.

Saat berada di sekoci, Pi mengalami beberapa pengalaman, yang menakjubkan (favorit saya adalah scene ikan paus! It's really beautiful I could cry.), yang menyedihkan (sebagai pencinta binatang, saya paling nggak tega melihat binatang tersakiti), dan juga yang hampir tidak dapat dipercaya (hello pulau karnivora!). Karakter favorit? Tentu saja Richard Parker! Dari awal, rasanya sulit menyukai binatang ini, terutama karena sikapnya yang ganas dan karnivor. Tapi setelah kurang lebih setengah film berjalan, I thought I'll be cursing damn loud if something happened with him. Apalagi ketika ada salah satu scene dimana Richard Parker yang kelaparan tercebur karena berusaha mencari makan, dan dia tidak bisa naik lagi ke sekoci. Melihat Richard Parker yang bergelantungan ke sekoci hanya dengan menancapkan kukunya ke tepian sekoci, rasanya saya bisa merasakan perasaan Pi yang tidak tega untuk membunuh binatang itu setelah sekian lama merasa terancam olehnya.

Kalau saya pernah baca-baca di beberapa sumber di internet, wawancara dengan Yann Martel, Life of Pi ini bercerita tentang keimanan seseorang. Bagaimana kita bisa meyakini sesuatu, walaupun sesuatu itu tidak mungkin. Dan bagaimana kita bisa memilih sudut pandang, dan memilih cerita yang paling sesuai dengan hati kita untuk diyakini. Karena seperti itulah kita dengan Tuhan bukan? Endingnya tidak mengejutkan untuk saya yang pernah membaca novelnya, tapi mungkin bagi yang belum akan merasa terkejut, dan menimbang-nimbang dimana sebenarnya kebenaran itu terletak.

Life of Pi. 4 of 5. Very recommended. Watching in 3D or IMAX won't hurt. Ang Lee FTW!

PS. 
Ada pengalaman yang kurang mengenakkan waktu menonton di Botani Square XXI. Saya dan suami memesan ice blend green tea dan ice blencinno, waktu itu kasirnya bilang akan diantarkan kedalam. Saya setuju, karena biasanya tidak ada masalah dengan itu. Setengah jam film berlangsung, pesanan kami belum diantarkan, padahal saya sudah melihat pesanan beberapa orang diantarkan. Setelah sejam tidak datang, saya menjadi tidak sabar danmeminta suami untuk keluar studio. Ternyata menurut suami, pesanan kami sudah jadi, namun entah mengapa tidak diantarkan. Kasir yang ada tidak dapat memberi penjelasan. Sungguh sangat disayangkan, karena untuk harga yang menurut saya cukup mahal, pelayanan yang diberikan seharusnya sudah mumpuni. Suami saya sempat berniat untuk melapor ke manager, tapi karena waktu itu di sekitar XXI Cafe tidak terdapat manager, dan suami saya takut ketinggalan film yang saat itu masih berlangsung, suami saya mengurungkan niatnya.
Update
Komplain telah saya layangkan melalui @cinema21, dan telah mendapat tanggapan berupa permintaan maaf dari admin. Saya hanya berharap bahwa kejadian seperti ini tidak terulang lagi, karena sangat merugikan pelanggan yang telah membayar mahal untuk makanan maupun minuman.

December 21, 2012

Bahagia hari ini adalah....

Today's Friday. And tomorrow, we get holiday until Tuesday. Christmas holiday. I am not Christian, but I do embrace it as well, secara biasanya banyak film seru di TV kalo liburan natal (plus liburan sekolah juga yang gw tau), lot of joy and happiness!

My best friend, very best and longest friend, gave a birth to a beautiful baby girl this morning. I've been friend with her since five, so it's kinda dream for me. Waktu tadi pagi telepon-an sama suaminya, nggak sadar gw nangis denger dia udah lahiran. Lebay nggak si, yang jelas gw ngerasa terharu dan sangat bahagia. It's a new milestone for our friendship, and it's a great one. (buat dedek bayi yang pemberian namanya masih nunggu rapat antara nenek-kakeknya juga, you're a smart one ya nak! Milih tanggal cantik buat keluar, abis itu masih nunggu bapak sama auntynya gajian dulu. I guess you'll have bright future then :p). Will update pictures after meeting them this afternoon (have to deal with a client first, I can't wait!

Panda's coming back home! Been ranting about my lost cat since two days ago. Mama percaya dia diambil orang soalnya dia bukan tipe-tipe yang suka keliaran. Eh, pagi ini ada miauw-miauw di luar, pas Papa cek, eh ternyata Panda! Dibukain pintu, langsung lari kedalam, minum banyak banget, ngos-ngosan kayak abis jalan jauh. Tapi tetep curiganya diambil orang sih, soalnya badannya jadi wangi banget, dan secara kalo di rumah kita males banget mandiin (hahaha), jadi pasti dia dimandiin orang lain kan? Good boy (eh or girl), hope it'll be alright for a while.


Pagi-pagi dibawain bos nugget isi keju buat sarapan. Udah pingin nyobain nugget jenis gini, cuma belum sempet-sempet juga (alesan). Dan ternyata enyaaaak, hihihi, makasih ya bu, sering-sering ya. Muah. :D (dan nggak sempet foto nuggetnya karena langsung diserbu sama bawahannya yang rata-rata anak kos --well, I am not-- dan kelaparan pagi-pagi).

Last but not least, bakal ketemu suami gw setelah sekian lama (ok, lebay baru satu minggu, but you've no idea how hard long distance marriage is. Or you have an idea. I dunno. It is hard, I tell you), and will spend many days ahead together, secara dia katanya mau ijin minggu terakhir Desember, dan ngepol-in liburannya sampe tanggal 1! Yay, God bless the holiday!

What makes you happy today? See, after hard storm, rainbow appears. :) :)

December 13, 2012

Tutup Buku

It's mid-December already!

While kantor lagi sibuk kejar target laba tahun ini (office seriously looks like hell), saya juga lagi ceki-ceki target pribadi untuk tahun ini. Sudah tercapaikah? Ada yang belum? Kenapa?
Resolusi, walaupun klise, cukup ampuh dan efektif juga lho. Dengan membuat list hal-hal apa saja yang pingin kita raih di tahun ini, kurang lebih memotivasi diri kita sendiri. List itu nggak perlu berisi hal-hal super luar biasa, cukup personal dan family target, apa yang mau kita dapatkan dan kerjakan pada tahun ini.

Beberapa target terlaksana. Alhamdulilah. Berhasil menikah tahun ini (yay!), sudah mulai mencoba hidup sehat dengan rajin bawa bekal buah dan sayur ke kantor. Saya juga sudah mulai berolahraga walaupun masih belum termasuk sport freak. Step by step aja.
Alhamdulilaah..
Untuk tahun ini, ada beberapa point yang saya missed. Ouch, excuses apa yang harus dikeluarkan yah? Haha, no excuses, tapi target yang belum terlaksana itu harus, HARUS diusahakan agar bisa terjadi tahun ini. Masih ada dua minggu lagi. Semangat! Hehehe, kalau nggak bisa juga, terpaksa dimundurkan di tahun depan sambil evaluasi diri kenapa belum tercapai. Contoh, belum sempet belajar menyetir (duh, duh), shalat duha masih bolong-bolong, investasi belum maksimal. Tahun depan harus bisa tercapai semua! 

Selain itu juga ada beberapa target yang harus direvisi... karena kondisi. Rencana pingin jalan-jalan ke Singapore bareng suami, tapi akhirnya belok ke Bali karena dapat tiket promo Garuda Indonesia yang super duper murah (dan suami belum sempet-sempet juga ngurus paspor. Babe, if you read this, go make yours ASAP!!!). Rencana mau beli mobil pertama juga batal, karena ternyata dapet fasilitas dari kantor untuk pembiayaan rumah terlebih dahulu.
Nice beach, and nice bule. Hahahaha..

Have no idea bakal punya rumah tahun ini. This one is out of plan, but really good happening. :)
At the end, we are not super human, and our life is not as perfect as comic book. Intinya, apapun target yang sudah dipasang, ayo sama-sama kerja keras buat memenuhinya! 
Happy Resolution-making month! :D

December 05, 2012

Let's Work.. Not.

I love my job.

Well, sometimes I don't. But I often do. (manusiawi lah ya)

Salah satu hal yang menarik dari kerjaan gw adalah ketemu orang-orang yang punya usaha baru di tempat-tempat baru. Seperti kemarin habis datang ke perkumpulan nelayan di daerah Pelabuhan Ratu. Seneng banget lihat pantai, walaupun kesana pakai kemeja dan blazer, dan bukan buat main air.






Beach needs flip flop, not a pump shoes *sigh*


Yang jadi favorit? Makanannya?


See, even in the hardest work, rainbow appears. Now, let's be grateful with your job and try to do your best. Cheers! :)

December 03, 2012

Very Short Trip to Bandung

Karena perjalanannya nggak terencana, dan nggak bisa dibilang liburan juga si, makanya we almost didn't take picture. Nyesel ih, jadi nggak punya bahan di blog ini, tapi nggak apa-apa lah cerita dikit mah.
Kemarin trip dadakan ke Bandung karena pertama, ada keluarga deket yang nikah, congratulation a Gilang, finally! Kedua, jemput mama yang sedari Rabu udah di Bandung, karena ngurus adek semata wayang yang sakit. Adek gue ini udah 21 tahun, tapi kalo sakit, lagaknya udah kayak sekarat, sampe si mamah harus langsung bergegas nyamperin. Zzzz. Tapi sekalian nengokin dia sih, karena dia juga udah jarang banget pulang ke rumah, dan gue belum pernah ke kos-annya dia yang baru.

Off we go to Bandung, gue dan suami. Bandung is everyone's favorite, isn't it? Definitely not for us. Bukan berarti kita nggak suka sama kota Bandung, Bandung is okay, but we don't have any connection or memory as other people have. Kita berdua lebih kejakartaan dibandingkan kebandungan. :p Dan, while everyone is knowing Bandung with every vein in their body, gue sama suami sampai sekarang masih ngerasa asing sama kota ini.Oh well..

Ternyata macet ya bung kalo Minggu pagi! Salah kita juga sih, nggak mengenal kondisi, tapi turun jembatan Pasopati, di sepanjang jalan Surapati itu buset dah macetnya. Ternyata ada pasar kaget disitu. Buset ramenya, malah pingin ikut-ikutan turun dan belanja, kalo nggak keburu bete karena hampir sejam stuck disana.

Singkat cerita, setelah melewati macet, terus sempet nyasar-nyasar cari kosannya Aldo, akhirnya ketemu juga. Terus kita berempat pergi ke Balai Besar Tekstil buat dateng ke acara resepsi a Gilang. Dan still, macet dunk. Bandung separah ini ya sekarang?

Abis pulang, Aldo ngajakin maen ke PVJ. Haha, pasti ada maunya, dan iya dunk, dia udah eye-ing salah satu sweaternya Topman. Astaga, udah makin tua ya dia, gue kangen banget saat dia dibeliin kaos distro aja udah puas. Zz. Tapi gue udah bilang, kalo misalnya nanti dia udah kerja, giliran dia yang belanjain gue. Hahaha. Akhirnya kita berdua pergi ke PVJ, sementara mama sama suami istirahat di kamar. Mama sih males mau puter-puter lagi, sedangkan suami kurang enak badan. Ada untungnya juga sih, gue pasti nggak enak belanja-belenji kalo ditungguin suami. Oops, hahaha.

Gara-gara adek gue princess banget (seriusan dia pilih-pilih baju lamaaaak abis, hiks! Yang ini aja deh teh. Eh nggak jadi ding, yang ini aja. Eh. *elapkeringet*), akhirnya pulang ke kosnya udah malem. Hadeh, jam berapa ini pulang ke Sukabuminya, mana suami harus berangkat ke Jakarta lagi besok pagi-pagi. Akhirnya baru jam setengah delapan cao dari kosnya Aldo (mama melankolis banget ninggalin anak lelaki semata wayangnya. zzz, kan bisa kesini lagi mamaaah..).

Sempet mampir ke Bawean Resto dulu. Aduh, happy, dari awal emang rencana mau kesini, tapi nggak maksain sih, kalo schedulenya bisa aja. Ternyata waktu pulang lewat ke Jalan Gandapura. dan disana ada Bawean Resto yang jual kue-kuenya juga. Kalo kata Teh Nessa, Toko Kue Baweannya ada di Jalan Bawean, deket Pasar Cihapit. Terus sempet google juga, kalo ada cabangnya di Dago.

Excited banget, soalnya kuenya kayak enak-enak! Beli macaroons (yang harganya 7.500 aja per bijinya, kue segede jempol gitu, hadeeeeh..), nougat roll, sama bagelen kering kejunya. Kata teh Nessa si yang enak bagelen basahnya, cuma gue nggak tau dan telat baca, jadi nggak beli deh. T___T Harganya si pricey sih, cuma kalo nougat rollnya kata suami enak. Yang lain sih belum dicoba, jadi nggak tau, hehe.  Dan gue melakukan satu kesalahan bodoh dengan beli nougat roll yang ada rhumnya. Duh, udah malem, ngantuk dan capek kali ya, padahal gue udah baca wanti-wantinya orang di review toko kue ini, tapi tetep aja lupa. Baru ngeh waktu mau motongin rollnya buat bekelin suami sarapan, dan baca di stiker kotaknya kalo kue ini mengandung rhum T__T" Trus karena gue istri yang baik, gue nggak bilang-bilang dulu dunk sama suami, biar dia nyicipin dulu. Hadeh, hahaha, parah ya gue. Abis dia nyicipin, gue tanya enak apa nggak, dia bilang enak, baru dah gue ngaku. Terus suami bilang, zzz, pantes aku ngerasa sedikit pusing ya abis makan ini. Huaaa, seriuuus.. :))

Overall, seru lah kemarin, walaupun sedikit in a rush, dan nggak sempet beli pancake duren di Honeymoon Dessert (tetep). Yang penting, seru dan bersama-sama! Have a good Monday everyone! :D