Hello there! Kembali lagi ke review film ketiga saya di weekend ini (yap, setelah ini masih ada satu lagi, jadi menggenapi empat, hehe)
Saya bukan brand new fansnya dari 5 cm. Pertama kali saya baca buku ini kalau nggak salah sekitar tahun 2005, ketika buku ini masih bersampul hitam. Waktu itu masih belum banyak yang tahu soal buku ini, dan saya termasuk yang mengenalkan buku ini ke teman-teman saya di kampus, termasuk anggota-anggota Mapala itu. Saya cinta banget sama buku ini, suka sama quote-quote lucu nan memotivasi meskipun sedikit aneh dan preachy, karakternya yang unik nan ngangenin (buktinya setelah saya selesai baca, saya bengong, ngerasa nggak rela kalau bukunya udahan), dan petualangannya yang amazing buat saya yang waktu itu nggak suka sama sekali jalan-jalan. Sejak saat itu saya selalu membayangkan betapa hebatnya kalau misalnya buku ini bisa sukses dibuat film.
Eh, siapa sangka tujuh tahun kemudian mimpi saya jadi kenyataan?
Ceritanya mengisahkan tentang lima orang sahabat, Zafran, Arial, Genta, Ian dan Riana. Mereka sudah bersahabat dari sepuluh tahun yang lalu, dan selalu menghabiskan weekend bersama-sama. Tidak pernah terlewat. Seiring kisah berjalan, ternyata Zafran menaruh hati kepada Arinda, adiknya Arial (kalau di buku sih diceritakan Arinda itu saudara kembarnya Arial, cuma kurang jelas juga apakah di film Arinda merupakan adik kembar Arial, atau hanya adik saja, karena kalau kembar kok antara Pevita Pearce dan Denny Sumargo-nya kurang ada kemiripan ya?), dan ternyata diantara mereka berlima ada yang taksir-taksiran. Setelah ketemuan tiap minggu, beberapa diantara mereka merasakan kebosanan dengan pertemanan mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk break sejenak dari persahabatan mereka selama tiga bulan, dengan catatan no meeting, no text, no call, no communication at all.
Dan setelah tiga bulan itu berlalu, mereka berkumpul kembali dengan kejutan dari Genta. Acara pendakian ke Mahameru! Wah waktu itu saya merasa terkagum-kagum, secara mereka semua pendaki pemula dengan target yang keren banget, mendaki puncak tertinggi di Pulau Jawa! Well, nggak ada yang nggak mungkin dengan prinsip 5 cm itu bukan?
Secara keseluruhan filmnya termasuk menghibur, dan adaptasi yang bagus dari bukunya. Penggambaran tokohnya sesuai (kecuali kembaran Arinda-Arial), Secret Gardennya keren naudzubillah, apalagi Mahamerunya. Emang bener kata orang-orang, kalo film ini too preachy, sering banget adegan bagus dinodai (ceile, noda) sama kata-kata mutiara yang keluar di saat yang nggak tepat dan terdengar lebay. Quote yang dibaca caem banget di buku, waktu diucapkan bersama-sama, kok kedengerannya kayak Power Ranger ya? hahaha.. Saya paling suka quote yang ini lho kalo di buku.
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa..
Nah di film ini disebutkan satu-satu sama karakter yang ada, kok jadinya aneh ya? Terus pas mereka akhirnya berhasil mencapai puncak, dan saya lagi merinding-rindingnya, tahu-tahu mereka dengan kocaknya bilang "Saya (sebutkan nama) mencintai kalian semua! Dan mencintai Indonesia!". Terdengar lebay sih, tapi mungkin saya aja ini mah, hehe..
Yang aneh satu lagi, ada salah satu karakter yang membatalkan kuliah di Manchester karena cinta Indonesia. Err, sounds absurd, isn't it?
Apapun itu, film ini salah satu film Indonesia yang layak ditonton. Saya suka, suka soundtracknya yang diisi oleh Nidji, lagunya enak-enak dan suaranya Giring Nidji yang oke banget, ada falsetto yang keren di scene-scene tertentu yang pas.
5 cm. 3 of 5.
No comments:
Post a Comment