Berbeda dengan
perjalanan perginya, untuk perjalanan pulang kita memutuskan untuk lewat Pantura, karena... Sate Tegal! Hehe, udah berkali-kali denger dan baca kalo sate kambing muda di Tegal itu enak seenak-enaknya, dan beda sama sate kambing lainnya. Penasaran dong. Jadi bela-belain buat pulang lewat Pantura biar bisa lewat Tegal (dan Pekalongan buat beli batik, dan Brebes buat beli telur asin, hahhaa..)
Nanya ke Melati yang asli Tegal, eh nggak asli asli banget sik, ada turunan apa ya, dikasih banyak banget have to visit list, dari mulai sate kambing, soto daan, nasi bogana, dan masih banyak lagi yang sebenernya bingung cara ngejalaninnya. Lah piye di Tegalnya juga cuma lewat, makannya gimana? Akhirnya memutuskan untuk fokus ke tujuan utama yaitu sate kambing. Yang lebih bikin krik krik, Melati cuma bilang kalo sate kambing yang paling enak itu ada di deket rel kereta api. Zzzzz, too much for an information *sarkas* Akhirnya google pula akhirnya, nemu nama Sari Mendo yang sering disebut-sebut.
Berbekal dengan alamat yang ada di website (Jalan Teuku Umar, Debong Tirus), dan maps di Blackberry (I really love this apps!), akhirnya bisa juga lho nemu Sari Mendo ini. Dan kebetulan lokasinya juga tepat setelah persimpangan dengan rel kereta api! Mungkin ini lokasi yang sama dengan yang diceritakan Melati ya?
Lokasinya di pinggir jalan dan cukup mudah ditemukan karena plangnya yang besar (tapi di apps sendiri, lokasi Jalan Teuku Umar ini rada susah dicari dan bandel nggak mau di-search, pe-er banget deh). Sempet takut penuh karena parkirnya penuh banget sampai harus cari tempat parkir sedikit jauh, tapi untunglah Sari Mendo ini ternyata luas dan kapasitasnya banyak!
|
Ada cemilan tape ketan juga disini, sembari nunggu satenya selese dibakar. Ada keripik tahu juga. |
|
Here we come! Yuuuum. |
Senangnya karena pertama kali nyobain sate kambing muda, dan berhasil! Enak dan lembut. Selain itu, daging kambingnya gendut-gendut, nggak tanggung-tanggung. Sesuai perkiraan awal, nggak sanggup lagi makan apa-apa setelah menghabiskan satu porsi yang isinya sepuluh tusuk ini. Satu lagi favorit saya, teh yang disajikan di restoran ini teh poci, jadi harum dan enak rasanya.
Selesai dari Sari Mendo, saya dan suami berangkat untuk cari tahu aci dan oleh-oleh lainnya khas Tegal. Sesuai arahan Melati, tahu aci harus dibeli di Tahu Aci Murni dan oleh-oleh khas Tegal dibeli di Toko Waloejo. Melati nggak ngasih arahan lebih jelas lagi (duh) sehingga akhirnya tetap harus kembali googling. Menurut google, tahu aci murni yang enak itu ada di Tahu Murni Putra dan Tahu Aci Murni Banjaran.
Karena menurut google yang di Banjaran itu cukup jauh dari pusat kota Tegal, akhirnya kita memutuskan untuk ke Tahu Murni Putra yang ada di Jalan Diponegoro. Ternyata lokasinya nggak terlalu jauh dari Sari Mendo, lokasinya berupa toko kecil di pinggir jalan raya, harus sedikit jeli mencari, waktu saya lewat toko itu sedang dikerubuti oleh banyak orang yang membeli.
Di sini saya nggak sempet foto-foto karena harus berdesak-desakan dengan segerombolan remaja yang riweuh beli tahu aci dengan segala variannya. Sebenarnya variannya cuma dua sih, tahu aci dan tahu pletok. Cuma kita bisa pesan yang matang, setengah matang, dan mentah. Untuk yang mentah ini tahan dua hari di suhu ruangan, dan kurang lebih sebulan kalau masuk kulkas. Harga tahu aci ini Rp. 1.000,- per buah, dan tahu pletok Rp. 1.400,- per buah. Kalau mau beli yang mentah, harga tahu acinya menjadi Rp. 2.000,- per buah karena tahu yang diberikan adalah tahu utuh, bukan tahu separuh seperti yang kita dapat kalo membeli tahu aci matang atau setengah matang. Cuma untuk tahu aci mentah ini, saat hendak dimasak, kita harus memotong tahunya menjadi dua dan memasukkan acinya terlebih dahulu, berbeda dengan tahu aci setengah matang yang bisa langsung digoreng.
Udah mirip cooking show aja postingan ini *elapkeringet*
Akhirnya bisa membeli satu besek tahu aci mentah yang isinya 25 buah (dan nantinya akan menjadi 50 potong setelah dimasak, enough Dela with all cooking details. Period), saya dan suami menuju ke Toko Waloejo yang ada di Jalan Veteran. Toko ini juga nggak terlalu jauh dari Tahu Murni Putra, tinggal lurus dari Jalan Diponegoro, lokasinya ada di sebelah kanan. Toko ini sudah cukup tua, dan menurut Melati, menjual banyak sekali oleh-oleh khas Tegal.
Yang saya beli tentunya...PILUS! Pilus Tegal ini terkenal dengan kerenyahannya. Selain itu saya juga membeli lanting dan keripik-keripik lainnya yang nggak saya kenal namanya, tapi keliatan enak (sampai di rumah langsung menyesal kenapa nggak beli keripik lantingnya lebih banyak lagi karena ternyata enak. Terutama yang rasa pedas). Untuk harga juga nggak terlalu mahal, pilus ukuran 500 gram dihargai kalo nggak salah Rp. 4.500,-.
Dari Tegal ke Brebes sendiri nggak terlalu jauh, cuma karena udara panas dan banyak sekali truk yang melimpahi kota ini, sedikit pusing juga mencari telur asin "Setuju Jaya". Belum lagi kondisi lalu lintas yang macet dan tidak kondusif, akhirnya kami gagal menemukan Setuju Jaya. Buat yang nggak saklek sama merk, sepanjang jalan keluar Kota Brebes banyak banget warung-warung di pinggir jalan yang menjual telur asin. Selain itu juga ada telur asin bakar, yang sebenarnya saya penasaran bagaimana rasanya.
Next story, adalah betapa horornya terjebak macet, hujan badai, mati lampu dan longsor di Cadas Pangeran. See you!