Jadi... waktu saya hamil, saya menghadapi beberapa kengerian ketika membayangkan harus menjadi seorang ibu. Satu, saya nggak suka anak kecil. Duh, nggak pernah deh saya ber-uh oh kagum kalo liat anak bayi atau anak kecil yang katanya menggemaskan itu. Di mata saya, anak kecil itu ya menyulitkan. Hihihi..
Kedua, saya itu orangnya perfeksionis dan control freak. Dan kompetitif. Kalau melihat betapa banyak teori yang ada di pasaran, baik googling dari beberapa reliable source, sharing sama beberapa teman atau dari DSA, rasanya pingin meraup dan menerapkan semuanya. Padahal tahu nanti akhirnya pusing sendiri dan malah stress jadinya.
Ketiga, saya nggak bisa masak. Bukan nggak bisa basa basi yah, tapi saya benar-benar nggak bisa hingga nggak bisa mengupas buah dan nggak tahu seperti apa rupanya daun seledri itu. Duh, walaupun banyak yang bilang itu bukan keharusan, tetapi melihat poin kedua diatas, saya itu sangat control freak sehingga ingin tahu semua asupan makanan dan minuman untuk anak saya. Kompetitif sehingga berpikir kalau ibu-ibu lain bisa, saya juga tentunya bisa dong!
How a child could change everything! Setelah punya anak, perlahan saya mulai memiliki motherhood feeling (which don't come easily!), dan mulai merasa kalau anak bayi dan anak-anak kecil itu lucu dan menggemasakan (walau tidak merubah pandangan saya kalau mereka itu sangat menyulitkan, hahaha). Saya sudah bisa mengurangi sifat perfeksionis saya, dengan lebih mengedepankan insting dalam mengasuh Zafran, karena saya percaya insting ibu itu diatas segalanya deh, karena segala yang ibu lakukan itu semua demi kebaikan anaknya. Untuk yang ketiga, saya tetap ngga bisa masak. Haha, percayalah, masuk dapur itu adalah hal yang paling saya hindari! Tapi demi tahu persis apa yang masuk ke perutnya Zafran akhirnya saya berjibaku masuk dapur. Untung karena adanya teknologi, sekarang saya bisa memakai slow cooker untuk membuat makanan untuk Zafran sehari-hari dan tidak mengganggu kegiatan saya sebagai ibu bekerja.
Selain itu saya juga memakai metode frozen food untuk menyiapkan sayur dan buah untuk Zafran. Alhamdulillah hal ini sangat membantu saya untuk menyiapkan makanan untuk Zafran. Capek sih setiap weekend bukannya istirahat malahan berkutat di dapur mengukus, menyaring, dan mem-blender semua bahan makanan Zaf. Atau bangun setiap hari jam empat pagi untuk menyaring buburnya Zafran. Tapi kalau saya baca dari milis atau forum atau cerita-cerita di parenting website, perjuangan saya belum ada apa-apanya ah dibanding ibu-ibu bekerja lain. Saya tinggal di kota kecil dimana saya bisa berangkat kerja jam setengah tujuh dari rumah. Bandingkan dengan ibu di Jakarta yang bisa berangkat dari rumahnya jam lima atau jam enam. Saya sempat baca ada yang bangun jam dua pagi setiap hari demi membuatkan makanan untuk anaknya. Wohooo.. keren sekali!
In the end, kalau kata ibu saya, segala sesuatunya dinikmati saya. Toh saat-saat ini juga pasti akan berlalu, dan suatu saat pasti bakal kangen segala kesibukan ini? Really? Ya kita liat aja nanti.. :)