Pages

May 13, 2013

[REVIEW] Bamboo Bamboo, Yogyakarta

Waktu lagi cari-cari hotel buat road trip ini, nomer satu yang kita liat adalah budget. Karena road trip ini lumayan panjang waktunya dan menghabiskan beberapa malam di hotel, udah mikir dari awal kalo bakal banyak abisnya nih buat hotel. Liat-liat budget hotel di booking.com, terpaku sama salah satu homestay bernama Bamboo Bamboo.

Dari segi harga, masuk banget ke budget! Terus ratenya dia di booking.com dapet Superb aja dunk, 9.1 dari 19 reviews waktu itu. Makin penasaran setelah kita baca review yang ada, akhirnya kita book dua malam di Bamboo Bamboo ini. Awalnya deg-degan sik, karena belum pernah nginep di homestay sebangsa ini, takut kenapa-kenapa, nggak cocok sama tetangganya, dll dll. Tapi menguatkan diri dan bismillah, off we go.

Karena datang kemaleman, kita udah kebat-kebit aja, tapi pemiliknya baik banget, nungguin dan waktu kita sampai di parkiran Via-Via Travel, stafnya udah nunggu dengan setia diluar. Bamboo Bamboo ini letaknya di Jalan Prawirotaman, tapi masuk gang lagi, namanya Gang Pendopo. Nggak susah kok nemuinnya, patokannya Via Via Travel itu.

Bentuknya Bamboo Bamboo ini rumah dengan dua kamar, Kamar Raja dan Kamar Sultan, kita sendiri nempatin Kamar Raja yang paling dekat dengan ruang tamu, sedangkan Kamar Sultan terletak di dekat dapur. Kamar mandi ada di dalam kamar, selain itu ada ruang tamu, ruang makan, tv di ruang tamu (ini udah jadi pertimbangan juga, karena diproyeksikan kita nggak bakal banyak nonton tv, jadi ya woles aja), dapur (cocok banget kalo mau stay lama dan mau bikin-bikin makanan sendiri. Ada kulkas, toaster, dan coffee maker!). Wifinya kenceng disini, I love it, di depan kamar ada kolam ikan kecil. Langsung betah! Tempatnya sepi, bersih, simple. Menyenangkan sekali. Si suami malah bilang, lain kali langsung book dua kamarnya aja, biar lebih sepi dan private. Hahaha, gaya banget yah.




Bagian rumah favorit. Dining room! Cuma repot kali ya kalo ujan, untung dua hari disana cerah terus cuacanya.



Stafnya sendiri pulang kalo malam, dan datang lagi jam tujuh pagi untuk bikinin kita sarapan. Kita dikasi dua kunci, kunci kamar dan kunci pintu depan homestay. Serasa ngontrak rumah pokoknya, hehe. Dua malam itu kita punya temen serumah yang beda, yang malam pertama nggak sempet ketemu karena udah keburu check out duluan waktu kita masi tidur :p Yang malam kedua pasangan dari Norwegia (?) or something, sempet ketemu waktu breakfast. Di kulkas ada mini barnya, bisa ngambil snack and beverages dengan harga yang nggak kebangetan mahalnya, nggak kayak di hotel. Stafnya ramah banget, si pasangan bule itu dijelasin Yogya selengkap-lengkapnya mau kemana, lewat mana, naik apa (sounds like that, they even didn't use English, sotoy banget ya si Dela, hahaha)

Kekurangan dari tempat ini adalah parkirnya. :( Gak masalah mungkin ya kalo nggak bawa kendaraan pribadi, hari pertama saya masih bisa parkir tepat di depan Bamboo Bamboo karena waktu itu hari Minggu sehingga TK di depan lokasi masih tutup. Tapi waktu hari Senin, terpaksa kami mencari parkiran di daerah Prawirotaman yang lokasinya sedikit lebih jauh dari homestay.

Over all, kalo nanti mau stay lagi di Yogya, mungkin saya akan mempertimbangkan lagi menginap di sini. Nice place with valuable budget!

All the South Way to Yogyakarta

Jadi, hikmah apa yang bisa diambil lewat perjalanan ke Yogya via jalur selatan? Jalannya jelek bow, tobat banget deh. Ini kali pertama saya dan suami road trip berdua lewat Selatan, kalo via Pantura sik udah sering jaman dulu (bukan road trip, tapi jaman masih kuliah di Semarang dulu). Untung kita berdua nggak ngoyo sik dan nggak nentuin target jam berapa sampai di Yogya, tapi tetep aja ya rada shock mengarungi Sukabumi - Yogyakarta selama 16 jam kurang lebih.

Dari Sukabumi kita berangkat jam setengah tujuh pagi, sarapan bubur di Cianjur (bubur ayam di Sukabumi dan Cianjur ini perasaan saya belum ada yang ngalahin deh, apa karena berasnya juga bagus ya?), dan singkat cerita sekitar jam satu pagi udah sampai daerah Tasikmalaya. Sampai sini belum ada rintangan yang berarti, alhamdulillah, emang jalan Sukabumi - Cianjur ancurnya luar biasa (mana inih gubernur baru? Jalan provinsi lho), cuma masih bisa ke-handle lah. Karena suami (dan si istri juga sik sebenernya) udah keburu laper, akhirnya isenglah kita brenti di Rumah Makan Gentong, nggak jauh dari Kota Tasikmalaya-nya, padahal istri ngidam banget makan pasta (ish, jauh-jauh masak nyari Pizza Hut, si Dela iniiih). Untunglah nggak kecewa, karena ternyata RM Gentong ini suasananya oke, menu-nya banyak, enak, dan yang paling penting ada free wifi! Hahaha..






Suami pesan nasi liwet empal sedangkan saya pesan nasi tutug oncom dengan ayam kampung. Per menunya harganya approx. idr 30k, tapi sesuailah dengan porsinya yang banyak.

Perjalanan pun dilanjutkan, jalan Tasik-Banjar ini lumayan menegangkan, karena jalannya curam dan berkelok, dan banyak sekali truk-truk bermuatan besar. Karena kecepatan yang diambil juga relatif pelan, sekitar jam tiga sore saya dan suami baru melewati Kota Banjar. Sempat mampir untuk minum kelapa muda di deretan warung yang dibuat di pinggir hutan kota. Bagus sekali.

Istri ambil pose, sedangkan suami sibuk cari rute via Maps di BB


Lewat Banjar dan masuk Cilacap, jalanan rusaknya udah nggak terperi. Rusak, sak, sak parah. Akhirnya mobil dan truk yang lewat juga terpaksa harus merayap. Jadi inget cerita salah seorang temen yang kuliah  master road engineering di Birmingham, kalo jalanan di Indonesia sering dijadikan contoh jalan rusak di materi kuliahnya. Duh malu ya, sayang banget padahal pemandangan sepanjang jalan ini bagus banget.

Saya lupa sampai mana jalan rusak ini berakhir, karena nggak pernah lewat Selatan, nama daerahnya pun terasa asing di telinga, sampai berkali-kali harus ngintip Maps karena takut nyasar :p Jalan lewat Selatan pun lebih gelap dan kondisinya masih banyak yang memotong hutan-hutan, jadi kalo udah lewat Magrib lumayan serem juga sik. Malamnya saya makan di Restoran Pringsewu (btw, restoran ini baru memenangkan MURI dengan jumlah iklan terjauh yaitu 70 km dari restoran. Yup, jadi sepanjang dua kilometer sekali kita bisa liat iklan Pringsewu ini beserta menu-menunya dari 70 km sebelum restoran. Restoran yang kami singgahi saja iklannya sudah dimulai dari Provinsi Jawa Barat. Niat abis yak?)

Yang unik dari Pringsewu ini, setiap ada yang ulang tahun, waiter/waitressnya akan datang ke mejanya, nyanyi lagu "Happy Birthday to you" sambil main angklung! Lucu banget. Selain itu, restoran ini menyediakan bibit tanaman dan kartu sulap untuk dibawa pulang GRATIS. Padahal sering banget liat Pringsewu, apalagi kalo di Pantura ya, tapi baru kali ini merhatiin segala macem detilnya.

Sampai di Yogya, jam 11 malem! Udah bolak-balik telepon dan sms si pemilik homestay yang udah kita book, soalnya di term and conditionnya terakhir check in itu jam 11 pm. Untung bapaknya baik banget, dan mau nungguin, walaupun kita sampai Prawirotaman jam 11 lewat, staffnya udah nunggu dengan manis di parkiran.

Untuk hotel, review terpisah ya, puas banget sama hotelnya, pantes aja dapet rate 9.1 di booking.com. That's a wrap for day 1, kenapa kalo diceritain disini rasanya simple ya, padahal capek setengah mati (tapi seneng!) =p

April 24, 2013

Turn it Off

Maybe it's time for me to feel bored. Everyone has climax point where they ask themselves what would happen if you chose another direction in your life, will it make better or worse. And every steps felt so wrong, so empty, and all you want to do is disappearing or simply hiding under your blanket doing nothing. You reconsider every words, every acts as an adult and you think that all you have done is just a big waste and nothing can take it back. Have you felt them all? I've been told that's okay to feel because that what makes us human. But sometimes, only sometimes, I don't want to be the wise one and turn it off. The feeling. Yes, the feeling.

April 16, 2013

Kerja di Rumah, yes or no?

Temen saya, Melati, pernah bilang "rumah itu bukan buat kerja, kerja itu di kantor". Hal ini sebenarnya masih  jadi dilema sih (cie dilema..) bagi saya.

Untuk saat ini sih, karena keadaan, saya masih hidup terpisah dengan suami. Kalau misalnya nanti saya dan suami sudah hidup bersama, dan memiliki anak, which one will I choose? Work overtime at office or work at home? Sebagai manusia biasa pada umumnya, tentu ingin kalau kehidupan personal itu terpisah dengan kehidupan di kantor. Betapa indahnya, kalau misalnya rumah bisa menjadi tempat khusus untuk keluarga, sosialisasi dengan teman, istirahat, me-quality time, tanpa terintegrasi dengan kehidupan kantor atau pekerjaan.

Sebelum menikah, saya adalah orang yang saklek dengan "kerjaan kantor nggak boleh dibawa pulang". Mau semalam apapun, saya memilih untuk mengerjakan di kantor demi menjaga kesakralan rumah sebagai my own home, not an office. Saya sangat jarang mengerjakan apapun di rumah, kecuali untuk buka email atau cek-cek sesuatu. Waktu saya masih bekerja di kantor pertama, Sabtu dan Minggu sering sekali saya habiskan di kantor untuk melalap habis pekerjaan.

Setelah menikah, sebagai credit analyst yang job desc-nya jauh dari 8 to 5 schedule, tentunya susah untuk pulang tepat waktu ke keluarga karena terkadang ada saja kerjaan yang menuntut kita untuk bekerja overtime, terutama ketika deadline sudah menanti-nanti. Bagi saya pribadi, hal ini terpaksa membuat saya melanggar komitmen saya sendiri ketika pertama kali bekerja. Alasannya apa? Karena saya ingin menghabiskan waktu saya dengan  keluarga/suami walaupun sebentar. As simple as that. Memang kualitas bertemu akan berkurang karena saya curi-curi waktu untuk bekerja. Tapi kalau misalnya istirahat selama lima menit dari pekerjaan bisa dihabiskan dengan cuddling dengan suami? It's priceless. Asal jangan kelewatan lho. =p


Sabtu dan Minggu pun sekarang saya habiskan di rumah. Ya alasannya itu diatas, for the sake of our limited time. Tentunya hal ini membutuhkan komitmen yang besar juga sih, karena kerja di rumah itu banyak sekali godaannya. Tapi kalo komitmen ini bisa dijaga dengan baik, insya Allah, we can do both, family and work.

Saya terinspirasi juga dengan Mas Andri Pradono. Mas Andri ini punya prinsip, nggak papa dia kerja overtime, selama dia bisa melakukan itu di rumah. Nggak jarang dia bekerja setelah istri dan anaknya tidur. It's a wow.

Saya nggak tahu deh kalo misalnya saya punya anak gimana. Belum bisa membayangkan apakah saya sanggup bekerja dengan "gangguan" anak, atau bisa menahan diri dari kelucuan anak. Let's think about it later. Mudah-mudahan kedepannya komitmen di keluarga dan pekerjaan bisa berjalan dengan baik di kehidupan saya ya! :D

PS.   Terima kasih Melati atas inspirasinya.
PPS. Terima kasih juga untuk survey work-life balance yang diadain kantor saya sehingga menginspirasi tulisan ini. :)

April 15, 2013

Giveaway!!!

Check my books giveaway HERE! Four free books for four winners!

April 08, 2013

Hidden Gem Sukabumi: Rumah Bakso 3 Dara


Waktu saya kecil, Bakso 3 Dara ini lumayan terkenal di Kota Sukabumi sebagai salah satu bakso terenak. Cuma waktu saya SMP/SMA, bakso ini menghilang entah kemana. Nah, kemarin dikasih tau tempat ini sama salah seorang teman saya, nggak tahu apakah Rumah Bakso 3 Dara ini sama seperti Bakso 3 Dara yang dulu itu. Kalo liat dari salah satu poster yang ada di tempat itu, tempat ini juga baru dibuka bulan Januari 2013.

Lokasi Rumah Bakso 3 Dara ini ada tepat di depan Kolam Renang Rengganis. Tempatnya nyaman, luas, ada free wifi (penting buat saya), dan merupakan home base Manchester United region Sukabumi (penting buat suami). :))



Waktu saya datang kondisinya sepi, karena bukan jam yang lazim buat makan siang juga kali ya. Lebih ke snack sore jatuhnya. Tapi pas mau pulang, tamu yang datang sudah lumayan banyak. Karena baru pertama kali datang, saya pesan bakso komplit dan jus alpukat (guilty as charged!), sedangkan suami pesan mie ayam komplit dan jus sirsak.


Do I love its bakso? Not so much. Kurang asin kalo menurut saya. Tapi kalo udah ditambah garam dan sambalnya sih enak. Bakso uratnya juga so-so enaknya. Untuk baksonya nothing special sih. Tapi mie ayamnya enak! Duh, cuma nyocol kerupuk pake saos mmie ayamnya aja yummy banget. Guess what? Suami nambah satu porsi lagi, bikikikikik..

Jusnya juga enak, nggak sempet nyobain yang sirsak soalnya langsung diabisin (grrr..), tapi yang alpukat enak lah, kental, susu cokelatnya banyak dan yang paling penting harganya cuma Rp. 6.000,-! Duh, surga banget nggak sih? Kalo mie ayam dan baksonya kalo nggak salah sih seharga Rp. 12.000,- - Rp. 13.000,- ya, rada lupa..

Will I come back? Definitely! Soalnya kemaren tergiur juga sama mie goreng dan capcay-nya, kalo dari gambarnya sih kayaknya enak. Buat nongkrong-nongkrong sama temen-temen seru banget nih, soalnya kan bisa internetan gratis (hehehe, pencinta gretongan). Kalo suami sih, mau balik kesini apalagi kalo ada acara nonton bareng. =p Dipake arisan keluarga juga kayaknya seru, secara di dalam ternyata ada ruangan yang lebih besar lagi. Jadi kalo mau nyari warung bakso yang nggak jual bakso doang, mungkin salah satu alternatifnya bisa maen kesini yah!

PS. Makasih buat @primamaliki yang udah ngasih tau tempat ini. :)

April 04, 2013

[MOVIE REVIEW] Olympus Has Fallen

Karena waktu itu pilihannya tinggal Olympus Has Fallen, The Croods (3D), atau GI Joe yang baru itu, akhirnya pilihan suami dan saya jatuh ke film "Olympus Has Fallen". Alasannya sih gara-gara pernah liat di timeline ada yang muji film ini. :p


Walaupun selama film diputer kita banyak mengelurkan "Why???" tapi so far filmnya sukses bikin saya deg-degan sepanjang film, dan kesel setengah mati sama main villain-nya film ini. Emang bener sih katanya kalo popcorn movie mah jangan terlalu dipikirin, dinikmati aja.

Alkisah, ada seorang ex-Secret Service yang bernama Mike Banning (Gerard Butler). Mike ini diberhentikan dari Secret Service karena gagal nyelamatin First Lady waktu terjadi kecelakaan pada saat Presiden dan keluarga pergi ke charity party dari Camp David. Dipekerjakanlah si Matt ini di bagian kebendaharaan, desk job, dan seperti yang udah diduga, orang lapangan yang notabene masih jago ini bosanlah sama kerja kantoran dan pingin balik lagi ke Secret Service. Cuma kalo kata si Kepala Secret Service, setiap kali presiden liat Mike, dia inget lagi sama kecelakaan tragis yang mengambil nyawa istrinya, jadi permintaan Mike ini belum bisa dikabulkan.

BTW, betah abis ya kalo presidennya Aaron Eckhart. Kayaknya tiap pidato gw tongkrongin terus kalo dia yang jadi presiden, hehehe.. :p


One day, ketika lagi ada pertemuan antara POTUS sama Perdana Menteri Korea Selatan (yang jadi PM Korsel ini bapaknya Mike Chang di Glee!), tiba-tiba ada pesawat tanpa identitas mendekati Washington DC. Nah ini why yang pertama. Lah kok aneh, negara se-adidaya Amerika ngebiarin aja pesawat tanpa identitas masuk aja ke wilayah dia? Lebih anehnya lagi, si pesawat itu bisa tembus ke Ring 1, ngedeketin White House. CMIIW, tapi setau saya sih nggak boleh ada pesawat yang masuk ke radius berapa kilometernya White House.

Tapi yasudahlah nggak usah terlalu dipikirin ya kenapa-napanya. Intinya si pesawat mulai nembakin semua orang yang ada di jalanan Washington tanpa pandang bulu. Karena ada serangan ini, Presiden dan tamu-tamunya semua diungsikan ke bunker yang ada di bawah tanah White House, yang dinamakan Olympus. Semacam bunker darurat gitu yah. Sebenernya protokolnya sih, bunker itu cuma buat Presiden dan orang-orang tertentu aja, cuma si Presidennya ngotot supaya PM Korsel beserta pengawal-pengawalnya juga ikut masuk ke bunker tersebut.

Di luar White House, serangan makin menggila, dan pasukan nggak dikenal ini mulai masuk ke dalam White House, nembakin Secret Service yang melindungi White House. Si Banning yang mendengar ada keributan, langsung datang nyamperin White House yang lagi ditembakin. Why-nya muncul lagi disini. Ini kemana sik pasukan lainnya sementara Secret Service diberondong senjata secara brutal gitu? Angkatan darat? Laut? Udara? Kopassus? Terus emang Secret Service nggak punya strategi ya, atau semacam SOP-nya kalo White House diserang? Instead, mereka malah berbondong-bondong keluar kayak anak SD maen tembak-tembakan. Oh well, jangan mikir Dela, jangan..

--- SPOILER ALERT (continue at your own risk) ---

Nah, ternyata salah satu pengawal PM Korsel yang namanya Kang Yeonsak, itu adalah pimpinan dari penyerangan ini. teroris dari Korea Utara ini dibantu oleh ex-Secret Service agent yang sekarang jadi private security, untuk merencanakan serangan ke White House. Canggih beuh, bisa kayak gini. Dan karena dia udah ada di bunker sama si Presiden dan orang-orang penting lainnya, dia akhirnya ngebunuh PM Korsel dan ngancem ngebunuhin Presiden dkk demi mencapai tujuannya. Agar Amerika menarik militernya dari Semenanjung Korea sehingga bisa mengakhiri perang saudara. Selain itu dia juga berencana untuk meledakan persediaan nuklir AS yang nota bene bisa menghancurkan negara AS itu sendiri. Motifnya balas dendam karena kematian orang tuanya, terus ada motif-motif lain yang saya kurang ngerti. Kemiskinan di Korut? CMIIW again, Korea Utara menutup dirinya sendiri kan gara-gara pilihan negaranya sendiri bukannya?

Nah, kesananya udah rada ditebak kali ya. Si Banning ala-ala Rambo gitu, sendirian menerobos White House demi menyelamatkan Presiden. Literally sendirian. Mirip Bruce Willis di Die Hard gitu, dia nggak mati-mati walau ditembakin sana sini, sementara temen-temennya udah pada mati semua. Why oh why.

Walaupun endingnya udah pasti, tapi nonton film ini cukup menghibur kok. Gerard Butlernya oke banget, yang jadi Kang Yeonsak pikeuheuleunnya bukan main, rasanya saya nggak rela dia kalo mati begitu aja. Kalo saya jadi Banning, si Kang ini saya siksa dulu dah pelan-pelan #sadis

3.5 of 5 stars.  Do not ask why. =p

The Choice

Sebenarnya kalo dipikir-pikir, hidup itu pilihan ya. Proses memilih, hasil pilihan, dan kemauan untuk memilih. Keputusan kita di masa lalu yang akan membawa kita ke masa sekarang. Pilihan kita di masa ini yang akan menentukan hidup kita di masa yang akan datang.

Jadi harusnya nggak ada dong yang namanya stuck point? Menurut saya sih seharusnya nggak ada ya. Wong setiap kita terjebak dalam suatu situasi yang tidak mengenakkan, selalu ada pilihan yang bisa membawa kita keluar dari situasi itu. Ke situasi yang lebih baik, atau bisa aja situasi yang lebih buruk.

Terus harus gimana? Menurut saya, setiap manusia harus bertanggung jawab sama pilihannya masing-masing. Dan harus berani untuk memilih. Kalo misalnya lo stuck di suatu point, dan lo nggak bisa kemana-mana lagi karena lo takut untuk memilih, siapa yang lo harus salahin? Every choices come with their own consequences, whether it's good or bad, you'd better face it.

Jadi salah sih kalo ada yang bilang, "wah, ini mah udah terlanjur", atau "wah, gue kayaknya stuck gini aja soalnya bla bla bla". Karena menurut saya, nggak ada yang namanya stuck point. Pilihan sulit? Ada. Pilihan yang salah? Ada juga. Stuck point? No, as long as you have choices.